SUHU DAN PENYINARAN (AGROKLIM)
BAB I
PENDAHULUAN
1.
LATAR BELAKANG
Suhu pada prinsipnya adalah
kandungan energy panas pada suatu objek, dan bersumber dari radiasi matahari
(solar energy) sehingga faktor suhu sangat berkaitan dengan faktor radiasi
cahaya matahari. Suhu dipermukaan bumi sangat bervariasi karena perbedaan
tinggi tempat (altitude) dan letak lintang (latitude). Sebagai contoh, suhu
udara di padang pasir dapat mencapai 58 derajat celcius pada siang hari dan -40
derajat celcius di daerah kutub.
Pertumbuhan tanaman
ditentukan oleh aktivitas metabolisme yang terkendali oleh faktor lingkungan,
diantaranya suhu. Proses fotosintesis berjalan baik pada suhu sekitar 21
derajat celcius dan dalam kondisi demikian proses pembentukan glukosa relatif lancar
sehingga kesempatan untuk mengantarkan fotosintat keseluruh tubuh tumbuhan
cukup tinggi. Namum demikian, pada suhu yang relatif rendah kesempatan tersebut
terhambat oleh ketersediaan energi karena proses pembakaran atau
respirasi pada suhu rendah akan menghasilkan energi yang relatif kecil.
Demikianlah suhu ikut berperan dalam keberhasilan pertumbuhan tanaman.
Selain itu, cahaya dari matahari juga
berperan dalam kehidupan tumbuhan. Bagi tumbuhan khususnya yang berklorofil,
cahaya matahari sangat berpengaruh dalam proses fotosintesis. Fotosintesis
adalah proses dasar pada tumbuhan untuk menghasilkan makanan. Makanan
yang dihasilkan akan menentukan ketersediaan energi untuk pertumbuhan dan
perkembangan tumbuhan. Cahaya dibutuhkan oleh tumbuhan mulai dari proses
perkecambahan biji sampai tanaman dewasa.
2.
RUMUSAN MASALAH
1.
Apa yang
dimaksud dengan suhu dan penyinaran (cahaya) ?
2.
Bagaimana
Hubungan Suhu Dengan Tanaman ?
3.
Dalam keadaan
bagaimana suhu yang dibutuhkan oleh tanaman ?
4.
Bagaimana
peranan cahaya terhadap tumbuhan ?
5.
Bagaimana
adaptasi tumbuhan terhadap cahaya ?
6.
Bagaimana
karakteristik tumnbuhan terhadap cahaya ?
3.
TUJUAN
Berdasarkan
rumusan masalah yang ditentukan, maka karya ilmiah ini mempunyai tujuan :
1.
Mengetahui yang
dimaksud dengan suhu dan penyinaran (cahaya)
2.
Mengetahui hubungan
Suhu Dengan Tanaman
3.
Mengetahui bagaimana
suhu yang dibutuhkan oleh tanaman
4.
Mengetahui
peranan cahaya terhadap tumbuhan
5.
Mengetahui
adaptasi tumbuhan terhadap cahaya
6.
Mengetahui karakteristik
tumnbuhan terhadap cahaya
BAB II
PEMBAHASAN
1.
SUHU
1.1 Pengertian Suhu
Suhu mencakup dua
aspek yaitu derajat dan insolasi. Insolasi menunjukan energi panas dari
matahari dengan satuan gram/kalori/cm2/jam. Dimana 1 grm kalori
digunakan untuk menaikan suhu satu gram air sebesar 10C.
Suhu menunjukkan derajat panas
benda. Mudahnya, semakin tinggi suhu suatu benda, semakin panas benda tersebut.
Secara mikroskopis, suhu menunjukkan energi yang dimiliki oleh suatu benda. Setiap atom
dalam suatu benda masing-masing bergerak, baik itu dalam bentuk perpindahan
maupun gerakan di tempat getaran. Makin tingginya
energi atom-atom penyusun benda, makin tinggi suhu benda tersebut.
Jumlah insolasi atau suhu
suatu daerah berbeda-beda tergantung pada :
1.1.1
Latitude
Latitude yaitu letak
lintang suatu tempat. Pada daerah katulistiwa insolasi lebih besar dan berbeda
dibandingkan dengan daerah sub-tropis atau daerah sedang. Suatu daerah yang
letaknya semakin kekutub maka insolasinya semakain rendah karena sudut jatuh radiasi
matahari semakin besar atau karena jarak matahari ke bumi semakin jauh. Akan
tetepi insolasi total untuk suatu musim pertumbuhan tanaman hampir sama
karena panjang hari yang lebih lama.
1.1.2
Musim
Pada musim panas insolasi tinggi sedangkan pada musim hujan rendah.
1.1.3
Kejernihan
atmosfer
Semakin jernih atmosfer maka
semakin tinggi insolasis yang diterima oleh bumi karena tidak adanya awan atau
bintik-bintik air
1.1.4
Konstanta
matahari
Konstanta matahari merupakan
jarak matahari dengan bumi. Semakin dekat jarak matahri ke bumi maka insolasi
akan semakin tinggi.
Pertumbuhan adalah proses
kenaikan volume yang bersifat irreversibel (tidak dapat balik), dan terjadi
karena adanya pertambahan jumlah sel dan pembesaran dari tiap-tiap sel. Pada
proses pertumbuhan biasa disertai dengan terjadinya perubahan bentuk.
Pertumbuhan dapat diukur dan dinyatakan secara kuantitatif.
Perkembangan adalah proses menuju
dewasa. Proses perkembangan berjalan sejajar dengan pertumbuhan. Berbeda dengan
pertumbuhan, perkembangan merupakan proses yang tidak dapat diukur. Dengan kata
lain, perkembangan bersifat kualitatif, tidak dapat dinyatakan dengan angka.
1.2
Hubungan Suhu
Dengan Tanaman
Suhu merupakan faktor
lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Suhu
mempengaruhi beberpa proses fisiologis penting yaitu:
a.
Buka
dan menututupnya stomata
b.
Transpirasi
c.
Penyerapan
air dan nutrisi (unsur hara)
d.
Fotosintesis
e.
Respirasi
f.
Kinerja
enzim
g.
Cita
rasa tanaman
h.
Pembentukan
primordia bunga
Peningkatan suhu sampai
titik optimum akan diikuti oleh peningkatan proses-proses tersebut dan setelah
melewati titik optimum proses tersebut mulai dihambat baik secara fisik maupun
kimia. Menurunnya aktivitas enzim (degradasi enzim).
Pada tanaman
hortikultura suhu merupakan faktor penting dalam pembentukan primordia bunga,
dimana dalam pembentukan bunga tanaman dibutuhkan suhu optimal yaitu suhu yang
dibutuhkan tanaman dalam pembentukan primordia bunga. Dimana dalam pembentukan
bunga tanaman memerlukan suhu optimal yaitu suhu yang dibutuhkan oleh tanaman
dalam pembentukan primordia bunga. Selain itu, juga mempengaruhi aktivitas
mikroorganisme dan enzim pada suhu yang rendah 0oC umumnya aktivitas
organisme tidak aktif atau dorman sedangkan pada suhu yang tinggi akan
menimbulkan proses pembentukan protein dan enzim yang bercerai berai/rusak
(denaturasi).
1.3
Suhu Yang
Dibutuhkan Tanaman
Suhu
yang dibutuhkan dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman dikenal sebagai suhu
kerdinal yaitu meliputi suhu optimum, suhu minimum dan suhu maksimum. Suhu
kardinal yang dibutuhkan oleh tanaman adalah berbeda-beda tergantung pada
jenis tanamannya. Dimana suhu yang berada dibawah batas maksimum atau diatas
optimum ini tidak baik untuk tanaman, keadaan tersebut sering disebut suhu
ekstrim. Pengaruh faktor suhu pada tanaman menimbulkan gangguan-gangguan pada
tanaman baik secara morfologi maupun fisiologinya.
Pengaruh
suhu terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman dapat dibedakan sebagai
berikut :
1.3.1
Batas Suhu Yang
Menguntungkan Tanaman
Batas
suhu yang membantu pertumbuhan dan perkembangan tanaman diketahui sebagai suhu
optimum. Pada batas ini semua proses dalam perkembangan dan pertumbuhan tanaman
akan berjalan baik dari segi morfologi maupun fisiologinya.
Proses
fisiologi tersebut antara lain yaitu :
a.
Fotosintesis
b.
Respirasi
c.
Penyerapan air
d.
Transpirasi
e.
Pembelahan sel
f.
Pemanjangan sel
dan
g.
Perubahan fungsi
sel akan berlangsung secara baik sehingga akan diperoleh produksi maksimum pada
setiap jenis tanaman kebutuhan akan suhu optimum ini bervariasi seperti pada
tanaman C3 membutuhkan suhu optimumnya antara 270C- sampai 280C, sedangkan pada
tanaman C4 suhu optimumnya adalah 300C sampai 350C.
Berdasarkan
hal ini tanaman hortikultura dikelompokkan sebagai berikut :
a.
Tanaman yang
menghendaki batas suhu optimum yang rendah ( tanaman musim dingin), yaitu
tanaman yang tumbuh baik pada suhu 450F sampai 600F
b.
Tanaman yang
menghendaki batas suhu optimum yang tinggi (musim panas), yaitu tanaman yang
tumbuh baik pada suhu antara 600F sampai 750F
Dari
tipe-tipe tanaman tersebut diatas maka dapat dilihat contoh-contoh tanamannya
pada tabel berikut.
Tanaman
Musim Dingin (suhu Optimum = 45-600F)
|
||
Tanaman
buah-buahan
|
Tanaman
sayuran
|
Tanaman
hias
|
Apel,
pear,cherry, plum, strawberry
|
Asparagus,
kubis, wortel, kentang dll
|
Gramenium,
petunia
|
Tanaman
Musim Dingin (suhu Optimum = 60-750F)
|
||
Apricot,
grape, citrus
|
Tomat,
waluh, ketimun
|
Rose,
orchid
|
Dilihat
dari segi morfologinya yaitu :
a.
Pertumbuhan dan
perkembangan vegetatif tanaman
b.
Pertumbuhan dan
perkembangan generatif tanaman
c.
Daya
perkecambahan dan daya tumbuh benih tanaman
2.3.1
Batas Suhu Yang
Tidak Menguntungkan
Batas
suhu yang tidak menguntungkan bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman dapat
dibedakan sebagai berikut baik secara morfoligi dan fisiologinya :
2.3.1.1
Suhu Diatas
Maksimum yang berpengaruh terhadap :
a.
Respirasi, yaitu
terjadinya proses respirasi dan absobsi air yang tinggi sehingga terjadi
proses-proses perombakan protein dan terhambatnya kinerja enzim (denaturasi).
b.
Terganggunya
pembentukan sel generatif yang terjadi karena rusaknya pembelahan sel
secara mitosis sehingga biji akan mandul atau kosong.
c.
Terjadinya
translokasi, yaitu terganggunya proses pengangkutan dan penyebarann assimilat
(hasil fotosintesis) dari sumber fotosintesis ke bagian-bagian tanaman yang
menggunakan atau menyimpan cadangan makanan seperti : buah, batang dan umbi.
d.
Terjadinya
mutasi gen akibat adanaya suhu yang terlalu tinggi yang menyebabkan berubahnya
susunan genetik tanaman atau adanya sinar gamma.
e.
Tanaman
kekurangan unsur hara, karena suhu tinggi dapat mengganggu
perombakan-perombakan senyawa-senyawa penting bagi tanaman.
f.
Tanaman menjadi
layu akibat suhu yang tinggi sehingga absorbsi air yang rendah dan tingginya
evapotranspirasi
2.3.1.2
Suhu Dibawah Minimum perlambatan pertumbuhan
dan perkembangan serta menghambat pembungaan tanaman.
2.3.1.3
Absorbsi unsur hara dan air terganggu karena
air akan membekupada suhu dibawah minimum dan akar tanaman akan membeku yang
menyebabkan fikositas menjadi naik. Penyerapan unsur hara juga terganggu
karena bakteri-bakteri pengurai akan mengalami dormansi atau istrihat
2.3.1.4
Respirasi menurun karena kebutuhan air dan
udara dalam tubuh tanaman menjadi rendah seiring rendahnya aktivitas-aktivitas
dalam tubuh tumbuhan.
2.3.1.5
Perkecambahan benih akan teganggu dimana
embrio akan rusak yang disebabkan rusaknya membran sel dalam biji.
2.3.1.6
Sufokasi (suffocationI) lambatnya pertumbuhan
tanaman karena suhu udara yang rendah pada tanah dan kekurangan oksigen
2.3.1.7
Dedikasi yaitu terjadinya kekeringan
fisiologis karena absorbso air terhambat karena kurangnya permeabilitas selaput
akar atau karena naiknya visikositas air dalam air bahkan membeku.
Proses
transfer panas antara tanaman dan lingkungannya dapat terjadi :
melalui
proses konduksi dan konveksi
dalam
bentuk panas yang dapat dirasakan
a.
Konduksi :
Konduksi
merupakan cara perambatan panas dari satu molekul ke molekul lainnya atau dari
satu benda ke benda lainnya.
b.
Konveksi
Konveksi
adalah transfer panas dengan cara aliran. Konveksi berlangsung sebagai akibat
berkurangnya massa jenis suatu zat bila dipanaskan.
c.
Radiasi
Radiasi
adalah transfer panas dalam bentuk gelombang elektromagnetik
d.
Suhu
Merupakan
faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan
tanaman
a)
Suhu berkorelasi positif dengan radiasi mata hari
b)
Suhu: tanah maupun udara disekitar tajuk tanaman
e.
Tinggi rendahnya
suhu disekitar tanaman ditentukan oleh radiasi matahari, kerapatan tanaman,
distribusi cahaya dalam tajuk tanaman, kandungan lengas tanah.
Proses
Fisiologis
a.
Suhu
mempengaruhi beberapa proses fisiologis penting: bukaan stomata, laju
transpirasi, laju penyerapan air dan nutrisi, fotosintesis, dan respirasi
b.
Peningkatan suhu
sampai titik optimum akan diikuti oleh peningkatan proses di atas
c.
Setelah melewati
titik optimum, proses tersebut mulai dihambat: baik secara fisik maupun kimia,
menurunnya aktifitas enzim (enzim terdegradasi)
Aspek Fisiologis
Suhu
meningkatkan perkembangan tanaman sampai batas tertentu. Hubungan suhu dengan
pertumbuhan tanaman menunjukkan hubungan yang linear sampai batas tertentu,
setelah tercapai titik maksimum (puncak) hubungan kedua variabel itu
menunjukkan hubungan parabolik.
Suhu
udara atau suhu tanah berpengaruh terhadap tanaman melalui proses metabolisme
dalam tubuh tanaman, yang tercermin dalam berbagai karakter seperti :
a.
laju pertumbuhan
b.
dormansi benih
dan kuncup
c.
perkecambahannya
d.
pembungaan,
e.
pertumbuhan buah
f.
pendewasaan/pematangan
jaringan atau organ tanaman.
g.
Respon tanaman
terhadap suhu berbeda tergantung : jenis tanaman, varietas, tahap pertumbuhan
tanaman, macam organ/jaringan
Pada
Tahap A-B
a.
merupakan tahap
pertumbuhan yang sangat cepat.
b.
Suhu
meningkatkan laju pertumbuhan membentuk garis lurus (linear) dimana
c.
kurvanya
merupakan fungsi eksponensial dengan suhu.
d.
Pada tahap ini
energi panas dapat mengaktifkan seluruh sistem (perangkat) pertumbuhan.
Sehingga efisiensi penggunaan energi panas oleh tanaman adalah besar. Energi
panas yang terbuang percuma berada pada jumlah yang kecil, atau energi panas
yang tertangkap molekul dapat meningkatkan gerakan-gerakan molekul dalam
jaringan tanaman.
Pada
tahap B-C
a.
kecepatan
pertumbuhan tanaman menurun, sehingga rata-rata fluktuasi pertumbuhan dapat
membentuk garis mendatar.
b.
Fluktuasi
kecepatan pertumbuhan pada tahap ini sering disebabkan oleh faktor-faktor
tumbuh lainnya diluar suhu seperti air, cahaya, ketersediaan oksigen dan
karbondioksida serta unsur hara
kadang-kadang menjadi faktor pembatas, tetapi masih dapat ditolerir oleh tanaman.
c.
Titik B
merupakan titik kritis dimana
ketersediaan faktor tumbuh diluar suhu memegang peranan penting. Kondisi
sedikit saja dibawah optimum dapat menjadi faktor pembatas (limiting factor).
Pada
Tahap C-D
a.
merupakan tahap
pertumbuhan menurun, dimana energi panas tidak lagi dapat meningkatkan laju
pertumbuhan.
b.
Pada tahap ini
penurunan kecepatan pertumbuhan sebanding dengan kenaikan suhu.
c.
Dibandingkan
dengan tahap A-B, garis proyeksi a-b
selalu lebih besar daripada garis proyeksi c-d. Hal ini berarti bahwa
percepatan pertumbuhan pada tahap C-D. Kondisi ini dapat diartikan bahwa
kenaikan suhu sebanding dengan penurunan aktivitas enzim pertumbuhan dan
sebanding pula dengan kerusakan protein, sebagai bahan baku enzim.
d.
Dapat diketahui
bahwa panas dapat meningkatkan energi kinetik dari molekul-molekul tanaman yang
membuat laju reaksi biokimia meningkat sampai batas tertentu dan panas
e.
yang terlalu
tinggi tidak lagi menguntungkan pada tanaman.
2.3.2
Pengaruh Suhu
Minimum terhadap Tanaman
Pada
suhu rendah (minimum) pertumbuhan tanaman menjadi lambat bahkan terhenti,
karena kegiatan enzimatis dikendalikan oleh suhu. Suhu tanah yang rendah akan
berakibat absorpsi air dan unsur hara terganggu, karena transpirasi meningkat.
2.3.3
Pengaruh Suhu
Optimum terhadap Tanaman
Dalam
selang suhu minimum ke optimum, kecepatan pertumbuhan berbeda tidak nyata kalau
waktu cukup lama, tetapi kecepatan pertumbuhan bertambah tinggi bila semakin
dekat dengan suhu optimum.
Tanaman
di daerah sedang, suhu optimum untuk fotosintesa lebih rendah dibandingkan
dengan suhu optimum untuk respirasi.
2.3.4
Pengaruh Suhu
Maksimum terhadap Tanaman
a.
Jaringan tanaman
akan mati apabila suhu mencapai 45ºC
sampai 55 ºC selama 2 jam.
b.
Tanaman yang
kadar karbohidrat tinggi lebih tahan terhadap suhu ekstrem tinggi, karena
denaturasi karbohidrat lebih tahan dibandingkan protein. Denaturasi portein
terjadi pada suhu 45 ºC, sedangkan karbohidrat baru rusak pada suhu diatas 55
ºC, bahkan ada yang sampai 85 ºC.
2.3.5
Pengaruh suhu
terhadap lengas tanah
a.
Peningkatan suhu
disekitar iklim mikro tanaman akan menyebabkan cepat hilangnya kandungan lengas
tanah
b.
Peranan suhu
kaitannya dengan kehilangan lengas tanah melewati mekanisme transpirasi dan
evaporasi
c.
Peningkatan suhu
terutama suhu tanah dan iklim mikro di sekitar tajuk tanaman akan mempercepat
kehilangan lengas tanah terutama pada musim kemarau
d.
Pada musim
kemarau, peningkatan suhu iklim mikro tanaman berpengaruh negatif terhadap
pertumbuhan dan perkembangan tanaman terutama pada daerah yang lengas tanahnya
terbatas
2.
CAHAYA
2.1 Pengertian Cahaya
Cahaya
matahari adalah sumber energi utama bagi kehidupan seluruh makhluk hidup di
dunia. Bagi manusia dan hewan cahaya matahari adalah penerang dunia ini. Selain
itu bagi tumbuhan khususnya yang berklorofil cahaya matahari sangat menentukan
prosesfotosintesis. Fotosintesis adalah
proses dasar pada tumbuhan untuk menghasilkan makanan.Makanan yang dihasilkan
akan menentukan ketersediaan energi untuk pertumbuhan dan perkembangan
tumbuhan. Cahaya dibutuhkan oleh tanaman mulai dari proses perkecambahan biji
sampai tanaman dewasa. Dengan demikian cahaya
dapat menjadi faktor pembatas utama di dalam semua ekosistem.
Merupakan
faktor lingkungan yang sangat penting sebagai sumber energi utama bagi
ekosistem. Bagi tumbuhan khususnya yang berklorofil cahaya matahari sangat
berperan dalam proses fotosintesis. Fotosintesis adalah proses dasar pada
tumbuhan untuk menghasilkan makanan. Makanan yang dihasilkan akan menentukan
ketersediaan energi untuk pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan (Annonymous,
2009).
Cahaya matahari
mempengaruhi ekosistem secara global karena matahari menentukan suhu. Cahaya
matahari juga merupakan unsur vital yang dibutuhkan oleh tumbuhan sebagai
produsen untuk berfotosintesis. Cahaya Optimal bagi Tumbuhan Kebutuhan minimum
cahaya untuk proses pertumbuhan terpenuhi bila cahaya melebihi titik
kompensasinya (Wirakusumah, 2003).
Beberapa
tumbuhan mempunyai karakteristika yang dianggap sebagai adaptasinya dalam
mereduksi kerusakan akibat cahaya yang terlalu kuat atau supra optimal.
Dedaunan yang mendapat cahaya dengan intensitas yang tinggi, kloroplasnya
berbentuk cakram, posisinya sedemikian rupa sehingga cahaya yang diterima hanya
oleh dinding vertikalnya. Antosianin berperan sebagai pemantul cahaya sehingga
menghambat atau mengurangi penembusan cahaya ke jaringan yang lebih dalam.
Besarnya
energi matahari yang diterima oleh tanaman tidak sama dari musim ke musim dan
latitude ke latitude lainnya. Tetapi besarnya energi matahari yang diterima
tanaman (tumbuhan) setiap tahunnya pada latitude yang sama tidak sama
bervariasi dan besarnya energi matahari yang ditangkap tanaman untuk jenis
tanaman yang berbeda, juga akan berbeda-beda pula.
Kekurangan
cahaya matahari akan mengganggu proses fotosintesis dan pertumbuhan , meskipun
kebutuhan cahaya tergantung pada jenis tumbuhan. Selain itu , kekurangan cahaya
saat perkecambahan berlangsung akan menimbulkan gejala etiolasi dimana batang
kecambah akan tumbuh lebih cepat namun lemah dan daunnya berukuran kecil, tipis
dan bewarna pucat (tidak hijau). Semua ini terjadi dikarenakan tidak adanya cahaya
sehingga dapat memaksimalkan fungsi auksin untuk pemanjangan sel-sel tumbuhan.
Sebaliknya , tumbuhan yang tumbuh di tempat terang menyebabkan tumbuhan
tumbuhan tumbuh lebih lambat dengan kondisi relative pendek , daun berkembang
baik lebih lebar, lebih hijau , tampak lebih segar dan batang kecambah lebih
kokoh.
Ada
tiga aspek penting yang perlu dikaji dari faktor cahaya, yang sangat erat
kaitannya dengan sistem ekologi, yaitu:
Ø Kualitas cahaya atau
komposisi panjang gelombang
Ø Intensitas cahaya atau
kandungan energi dari cahaya.
2.1.1
Kualitas Cahaya
Secara
fisika, radiasi matahari merupakan gelombang- gelombang elektromagnetik dengan
berbagai panjang gelombang. Tidak semua gelombang- gelombang tadi dapat
menembus lapisan atas atmosfer untuk mencapai permukaan bumi. Umumnya kualitas
cahaya tidak memperlihatkan perbedaan yang mencolok antara satu tempat dengan
tempat lainnya, sehingga tidak selalu merupakan faktor ekologi yang penting.
Umumnya
tumbuhan teradaptasi untuk mengelola cahaya dengan panjang gelombang antara
0,39 – 7,6 mikron. Klorofil yang berwarna hijau mengasorpsi cahaya merah dan
biru, dengan demikian panjang gelombang itulah yang merupakan bagian dari
spectrum cahaya yang sangat bermanfaat bagi fotosintesis.
Pada
ekosistem daratan kualitas cahaya tidak mempunyai variasi yang berarti untuk
mempengaruhi fotosintesis. Pada ekosistem perairan, cahaya merah dan biru
diserap fitoplankton yang hidup di permukaan sehingga cahaya hijau akal lewat
atau dipenetrasikan ke lapisan lebih bawah dan sangat sulit untuk diserap oleh
fitoplankton.
Pengaruh dari cahaya ultraviolet terhadap tumbuhan masih belum jelas. Yang jelas cahaya ini dapat merusak atau membunuh bacteria dan mampu mempengaruhi perkembangan tumbuhan (menjadi terhambat), contohnya yaitu bentuk- bentuk daun yang roset, terhambatnya batang menjadi panjang.
Pengaruh dari cahaya ultraviolet terhadap tumbuhan masih belum jelas. Yang jelas cahaya ini dapat merusak atau membunuh bacteria dan mampu mempengaruhi perkembangan tumbuhan (menjadi terhambat), contohnya yaitu bentuk- bentuk daun yang roset, terhambatnya batang menjadi panjang.
2.1.2
Intensitas cahaya
Intensitas
cahaya atau kandungan energi merupakan aspek cahaya terpenting sebagai faktor
lingkungan, karena berperan sebagai tenaga pengendali utama dari ekosistem.
Intensitas cahaya ini sangat bervariasi baik dalam ruang/ spasial maupun dalam
waktu atau temporal.
Intensitas
cahaya terbesar terjadi di daerah tropika, terutama daerah kering (zona arid),
sedikit cahaya yang direfleksikan oleh awan. Di daerah garis lintang rendah,
cahaya matahari menembus atmosfer dan membentuk sudut yang besar dengan
permukaan bumi. Sehingga lapisan atmosfer yang tembus berada dalam ketebalan
minimum.
Intensitas cahaya menurun secara cepat dengan naiknya garis lintang. Pada garis lintang yang tinggi matahari berada pada sudut yang rendah terhadap permukaan bumi dan permukaan atmosfer, dengan demikian sinar menembus lapisan atmosfer yang terpanjang ini akan mengakibatkan lebih banyak cahaya yang direfleksikan dan dihamburkan oleh lapisan awan dan pencemar di atmosfer (Sasmitamihardja, 1996).
Intensitas cahaya menurun secara cepat dengan naiknya garis lintang. Pada garis lintang yang tinggi matahari berada pada sudut yang rendah terhadap permukaan bumi dan permukaan atmosfer, dengan demikian sinar menembus lapisan atmosfer yang terpanjang ini akan mengakibatkan lebih banyak cahaya yang direfleksikan dan dihamburkan oleh lapisan awan dan pencemar di atmosfer (Sasmitamihardja, 1996).
2.1.3
Kepentingan
Intensitas Cahaya
Intensitas cahaya dalam suatu ekosistem
adalah bervariasi. Kanopi suatu vegetasi akan menahan dann mengabsorpsi
sejumlah cahaya sehingga ini akan menentukan jumlah cahaya yang mampu menembus
dan merupakan sejumlah energi yang dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan dasar.
Intensitas cahaya yang berlebihan dapat berperan sebagai faktor pembatas.
Cahaya yang kuat sekali dapat merusak enzim akibat foto- oksidasi, ini
menganggu metabolisme organisme terutama kemampuan di dalam mensisntesis
protein (Annonymous, 2008).
2.1.4
Titik Kompensasi
Dengan tujuan untuk menghasilkan
produktivitas bersih, tumbuhan harus menerima sejumlah cahaya yang cukup untuk
membentuk karbohidrat yang memadai dalam mengimbangi kehilangan sejumlah
karbohidrat akibat respirasi. Apabila semua faktor- faktor lainnya mempengaruhi
laju fotosintesis
dan respirasi diasumsikan konstan,
keseimbangan antara kedua proses tadi akan tercapai pada sejumlah intensitas
cahaya tertentu.
2.2 Peranan Cahaya Terhadap Tumbuhan
2.2.1
Fotoperiodisme
Lama penyinaran relative
antara siang dan malam dalam 24 jam akan mempengaruhi fisiologis dari tumbuhan.
Fotoperiodisme adalah respon dari suatu organisme terhadap lamanya penyinaran
sinar matahari. Contoh dari fotoperiodisme adalah perbungaan, jatuhnya daun,
dan dormansi.
Di daerah sepanjang
khatulistiwa lamanya siang hari atau fotoperiodisme akan konstan sepanjang
tahun, sekitar 12 jam. Di daerah temperate atau bermusim panjang hari lebih
dari 12 jam pada musim panas, tetapi akan kurang dari 12 jam pada musim dingin.
Berdasarkan respon tanaman
terhadap fotoperiodemembagi tanaman atas tiga golongan yaitu:
·
Tanaman
berhari pendek
·
Tanaman
berhari panjang
·
Tanaman
berhari netral
a.
Tanaman
Berhari Pendek
Tanaman berhari pendek ialah
tanaman yang hanya dapat berbunga bila panjang hari kurang dari nilai kritis
(panjang hari maksimum). Panjang hari maksimum berkisar antara 12 jam sampai 14
jam.
Tanaman yang berhari pendek
akan mengalami pertumbuhan vegetative terus menerus apabila panjang hari
melewati nilai kritis, dah akan berbunga di hari pendek di akhir musim panas
dan musim gugur. Tetapi tanaman berhari pendek tidak berbunga di hari pendek di
awal musim semi, dan akan berbunga di hari pendek pada akhir musim panas. Hal
ini disebabkan karena suhu tidak cukup hangat untuk melanjutkan pertumbuhan ke
fase reproduktif. Disamping itu pertumbuhannya vegetative yang tersedia pada
saat itu belum mencukupi untuk mengantarkan tanaman kepembungaan, disamping
benyak system (hormone, enzim dan lain-lain) juga belum siap.
Tanaman yang tidak peka terhadap fotoperiode yang tergolong
berhari pendek, biasanya mempunyai sifat fisiologis yang menonjol daripada
sifat yang ditimbulkan oleh pengaruh ligkungan. Misalnya pembungaan dan
pembuahan akan lebih dipengaruhi oleh ketersediaan asimilat dan sistem hormone
dalam tubuhnya. Tanaman yang peka terhadap fotoperiode, pembungaan dan
pembentukan buahnya sangat ditentukan oleh panjangnya hari sebesar 15 menit
saja sudah berarti bagi terbentuknya bunga.
b.
Tanaman
Berhari Panjang
Tanaman berhari panjang
adalah tanaman yang menunjukkan respon berbunga lebih cepat bila panjang hari
lebih panjang dari panjang hari minimum (kritis) tertentu, atau disebut pula
tanaman bermalam pendek yakni Tumbuhan yang memerlukan lamanya siang hari lebih
dari 12 jam untuk terjadinya proses perbungaan, seperti gandum, bayam, dll.
Tanaman berhari panjang yang
berasal dari zone sedang (temperate) akan berbunga dalam bulan mei dan juli
apabila panjang siang selama 15 jam. Sebagai contoh tanaman berhari panjang
adalah spinasi (spinacia oler acea L) Barley (Hordeum spp), Rey (Secale
cereale), Bit gula (Beta vulgaris), Alfalfa dan lain-lain. Tarwe winter (Triticum
aestivum) yang tergolong tanaman berhari panjang menghendaki lama penyinaran
lebih dari 14 jam sehari dan untuk berkecambah memerlukan suhu rendah.
Sedangkan pertumbuhan selanjutnya sampai berbunga dan berbuah menghendaki suhu
yang lebih tinggi dan hari-hari panjang. Bila syarat-syarat yang dikehendakinya
tidak terpenuhi, maka tarwe winter tidak dapat menghasilkan bunga dan buah.
Kombinasi suhu dan panjang hari yang mengontrol pertumbuhan
vegetatif dan generatif pada beberapa jenis tanaman hari panjang sebenarnya
dapat diciptakan dengan perlakuan-perlakuan terhadap tanaman. Misalnya
penyinaran singkat di malam hari untuk memperpendek periode gelap.
Percobaan-percobaan seperti ini dapat mempengaruhi perbungaan, khususnya pada
tanaman yang menghendaki panjang siang lebih dari 15 jam.
Perlakuan vernalisasi pada
biji tarwe winter akan berkecambah akan menyebabkan proses yang menginduksi
kecambah ke arah pertumbuhan menuju pembentukan primordia bunga. Karena biji
tarwe winter pada saat berkecambah juga memerlukan fase gelap yang lebih
panjang (hari pendek), maka selain vernalisasi, untuk mengantarkan tanaman ini
ketahap pembungaan juga diperlukan perlakuan gelap buatan. Sedangkan hari
panjang dan suhu tinggi yang diharapkan untuk pertumbuhan vegetatif dapat
dibuat dengan penyinaran singkat pada malam hari dengan lampu listrik yang
berkapasitas 50 watt setiap meter bujur sangkar selama lebihkurang 5 jam.
c.
Tanaman
Berhari Netral
Tanaman berhari netral
(intermediate) adalah tanaman yang berbunga tidak dipengaruhi oleh panjang
hari. Tanaman intermediate dalam zona sedang bisa berbunga dalam beberapa
bulan. Tetapi tanaman yang tumbuh di daerah tropik yang mengalami 12 jam siang
dan 12 jam malam dapat berbunga terus menerus sepanjang tahun. Oleh karena itu
tanaman yang tumbuh di daerah tropik pada umumnya adalah tanaman intermediate.
Yang tergolong tanaman intermediate adalah kapas (Gossypium hirsutum), tembakau (Nicotiana tobaccum), bunga matahari (Helianthus annus), tomat dan lain sebagainya.
Yang tergolong tanaman intermediate adalah kapas (Gossypium hirsutum), tembakau (Nicotiana tobaccum), bunga matahari (Helianthus annus), tomat dan lain sebagainya.
Tanaman intermediate
memerlukan pertumbuhan vegetatif tertentu sebagai tahap untuk menuju tahap
pembungaan tanpa dipengaruhi oleh fotoperiode. Apabila beberapa tumbuhan
terpaksa harus hidup di kondisi fotoperiodisme yang tidak optimal, maka
pertumbuhannya akan bergeser ke pertumbuhan vegetatif. Di daerah khatulistiwa,
tingkah laku tumbuhan sehubungan dengan fotoperiodisme ini tidaklah menunjukkan
adanya pengaruh yang mencolok. Tumbuhan akan tetap aktif dan berbunga sepanjang
tahun asalkan faktor- faktor lainnya dalam hal ini suhu, air, dan nutrisi tidak
merupakan faktor pembatas (Syamsuri, 2007).
2.2.2
Fotoenergetic
Cahaya matahari merupakan
factor krusial dalam kehidupan tumbuhan sebagai sumber energy. Untuk dapat
memperoleh energy bagi pertumbuhan dan perkembangannya, tumbuhan memerlukan
sejumlah cahaya minimal.
Fotoenergetic adalah pertumbuhan yang dipengaruhi oleh banyaknya
energy yang diserap dari sinar matahari oleh bagian tanaman. Intensitas cahaya
yang tinggi di daerah tropis tidak seluruhnya dapat digunakan oleh tanaman.
Energi cahaya matahari yang digunakan oleh tanaman dalam proses fotosintesis
berkisar antar 0,5 – 2,0 % dari jumlah total energi yang tersedia. Sehingga
hasil fotosintesis berkurang apabila intensitas cahaya kurang dari batas
optimum yang dibutuhkan oleh tanaman,
Setiap daun pada tumbuhan harus memproduksi energy yang cukup besar
sehingga dapat dimanfaatkan setelah dikurangi energy untuk respirasi. Jika
tumbuhan kekurangan cahaya dalam waktu panjang, maka lambat laun akan mati.
Proporsi cahaya yang dibutuhkan untuk menyeimbangkan hasil fotosintesis dan
kebutuhan respirasi disebut titik kompensasi cahaya
Fotosintesis adalah suatu proses biokimia pembentukan zat makanan atau energi
yaitu glukosa yang dilakukan tumbuhan, alga,
dan beberapa jenis bakteri dengan menggunakan
zat hara, karbondioksida, dan air serta dibutuhkan bantuan energi cahaya
matahari. Hampir semua makhluk hidup bergantung dari energi yang dihasilkan
dalam fotosintesis. Akibatnya fotosintesis menjadi sangat penting bagi
kehidupan di bumi. Fotosintesis juga berjasa menghasilkan
sebagian besar oksigen yang terdapat di atmosfer bumi. Organisme yang menghasilkan
energi melalui fotosintesis (photos berarti cahaya) disebut sebagai fototrof.
Fotosintesis merupakan salah satu cara asimilasi karbon karena dalam fotosintesis karbon bebas dari CO2
diikat (difiksasi) menjadi gula sebagai molekul penyimpan
energi.
2.2.3
Fotodestruktif
Fotodestruktif adalah
tingginya intensitas cahaya yang mengakibatkan fotosintesis semakin tidak
bertambah lagi dikarenakan tanaman mengalami batas titik jenuh cahaya sehingga
bukan menjadi sumber energy tetapi sebagai perusak.
Proses fotosintesis, cahaya
berpengaruh melalui intensitas, kualitas dan lamanya penyinaran, tetapi yang
terpenting adalah intensitasnya.Sehubungan dengan laju fotosisntesi, intensitas
cahaya yang semakintinggi (naik) mengakibatkan lalu fotosisntesis semakin tidak
bertambahlagi walaupun intensitas cahaya terus bertambah. Batas ini disebut
titik saturasi cahaya atau titik jenuh cahaya (ligh saturation point).
Pada keadaan ini cahaya bukan sebagai sumber energi maupun sebagai
bentuk perusak.
Intensitas cahaya yang
tinggi mengakibatkan temperatur daun meningkat,sebagai akibat menutupnya
stomata, sehingga sebagaian klorofil menjadi pecah dan rusak
(fotodestruktif). Sedangkan pada intensitas cahaya yangsemakin menurun sampai
batas tertentu jumlah O2 yang dikeluarkan oleh proses fotosintesis sama
dengan jumlah O2 yang diperlukan oleh prosesrespirasi. Batas ini disebut titik
kompensasi cahaya (light compensation point) (Annonymous, 2008).
2.2.4
Fotomorfogenesis
Efek lain dari cahaya diluar
fotosintetis adalah mengendalikan wujud tanaman, yaitu perkembangan struktur
atau morfogenesisnya. Pengendalian morfogenesis oleh cahaya disebut
fotomorfogenesis. Agar cahaya mampu mengendalikan perkembangan pertumbuhan maka
tumbuhan harus menyerap cahaya.
Empat penerima cahaya dalam
tumbuhan adalah fitokrom, kriptokrom, penerima cahaya UV-B, protoklorofilida.
Pengaruh cahaya pada perkecambahan :
1)
Produksi
klorofil terpacu oleh cahaya
2)
Pembukaan
daun terpacu oleh cahaya
3)
Pemanjangan
batang terhambat oleh cahaya
4)
Perkembangan
akar terpacu oleh cahaya.
Tumbuhan hari pendek
(membutuhkan waktu malam yang lebih panjang untuk berbunga), akan terhambat
bila dalam waktu malammnya diseling ada cahaya dalam waktu singkat. Yang paling
efektf adalah cahaya merah jauh yang menghambat pembungaan tumbuhan hari
pendek.
Cahaya merah memacu
perkecambahan biji-bijian, tetapi cahaya merah jauh dan biru menghambat. Cahaya
merah jauh panjang gelombangnya lebih panjang dari cahaya merah 700-800nm
(diatas 760 tdk terlihat oleh mataatau infra merah dekat).
Pigmen cahaya merah disebut
Pr (666nm), pigmen cahaya biru dapat diubah oleh cahaya merah menjadi Pfr (730
nm) yang dapat menyerap cahaya merah jauh (warna hijau zaitun), dan pigmen biru
bias dihasilkan oleh Pfr.
Fitokrom merupakan homodiner
dari dua polipeptid identik, dengan Bm 120 kDa Polipeptid tadi masing-masing
mempunyai gugus prostetik disebut kromofor yang menempel pada atom belerang
pada residu sisteinnya. Kromoforad tetrapirol rantai terbuka,tersebut serupa
dengan [pigmen pikobulin utk fotosintesis ganging merah dan sianobakteri
perubahan cis-trans g mengubah Pr menjadi Pfr
Kriptokrom penerima cahaya biru
atau UV A, UV A panjang gel antara 320-400 nm. Kriptokrom antara 320-500 nm,
diduga berupa flavoprotein (melekat antara protein dan riboflavin), diduga
bersatu dengan prot sitokrom pada membram plsma. Puncak kerjanya di daerah
biru-ungu 450 nm (Annonymous, 2010).
2.2.5
Fototropisme
Fototropisme adalah
pergerakan pertumbuhan tanaman yang dipengaruhi oleh rangsangan cahaya. Contoh dari fototropisme adalah pertumbuhan koleoptil
rumput menuju arah datangnya cahaya. Koleoptil
merupakan daun pertama yang tumbuh dari tanaman monokotil yang berfungsi sebagai pelindung lembaga
yang baru tumbuh. Cholodny dan Went menjelaskan bahwa cahaya menyebabkan
terjadinya pemindahan auksin secara lateral dari bagian yang terkena cahaya
menuju bagian yang tidak terkena cahaya. Dengan demikian, jumlah auksin di
bagian yang gelap akan lebih banyak daripada di bagian yang terang.
Beberapa hipotesis menyebutkan bahwa hal ini dapat
disebabkan kecepatan pemanjangan sel-sel pada sisi batang yang lebih gelap
lebih cepat dibandingkan dengan sel-sel pada sisi lebih terang karena adanya
penyebaran auksin yang tidak merata dari ujung tunas. Hipotesis lainnya menyatakan bahwa ujung tunas
merupakan fotoreseptor
yang memicu respons pertumbuhan Fotoreseptor
adalah molekul pigmen yang disebut kriptokrom
dan sangat sensitif terhadap cahaya biru. Namun, para ahli menyakini bahwa
fototropisme tidak hanya dipengaruhi oleh fotoreseptor,
tetapi juga dipengaruhi oleh berbagai macam hormon dan jalur signaling.
2.3 Strategi Adaptasi Tumbuhan Terhadap Cahaya
Adaptasi Tumbuhan terhadap
Cahaya kuat, Beberapa tumbuhan mempunyai karakteristika yang dianggap sebagai
adaptasinya dalam mereduksi kerusakan akibat cahaya yang terlalu kuat atau
supraoptimal. Dedaunan yang mendapat cahaya dengan intensitas yang tinggi,
kloroplasnya berbentuk cakram, posisinya sedemikian rupa sehingga cahaya yang
diterima hanya oleh dinding vertikalnya. Antosianin berperan sebagai pemantul
cahaya sehingga menghambat atau mengurangi penembusan cahaya ke jaringan yang
lebih dalam. Respon tanaman terhadap cahaya berbeda-beda antara jenis satu
dengan jenis lainnya. Ada tanaman yang tahan (mampu tumbuh) dalam kondisi
cahaya yang terbatas atau sering disebut tanaman toleran dan ada tanaman yang
tidak mampu tumbuh dalam kondisi cahaya terbatas atau tanaman intoleran.
Kedua kondisi cahaya
tersebut memberikan respon yang berbeda-beda terhadap tanaman, baik secara
anatomis maupun secara morfologis. Tanaman yang tahan dalam kondisi cahaya
terbatas secara umum mempunyai ciri morfologis yaitu daun lebar dan tipis,
sedangkan pada tanaman yang intoleran akan mempunyai ciri morfologis daun kecil
dan tebal.
Kekurangan cahaya pada tumbuhan berakibat pada terganggunya proses
metabolisme yang berimplikasi pada tereduksinya laju fotosintesis dan turunnya
sintesis karbohidrat. Faktor ini secara langsung mempengaruhi tingkat
produktivitas tumbuhan dan ekosistem. Adaptasi terhadap naungan dapat melalui 2
cara:
1)
Meningkatkan
luas daun sebagai upaya mengurangi penggunaan metabolit; contohnya perluasan
daun ini menggunakan metabolit yang dialokasikan untuk pertumbuhan akar
2)
mengurangi
jumlah cahaya yang ditransmisikan dan direfleksikan. Pada tanaman jagung respon
ketika intensitas cahaya berlebihan berupa penggulungan helaian daun untuk
memperkecil aktivitas transpirasi. Proses hilangnya air dalam bentuk uap air
dari jaringan hidup tanaman yang terletak di atas permukaan tanah melewati
stomata, lubang kutikula, dan lentisel secara fisiologis mulia berkurang.
Tabel Pengaruh intensitas
radiasi matahari ekstrim terhadap sifat morfologi dan fisiologi tanaman
No
|
Sifat yang diukur
|
Intensitas cahaya
matahari
|
|
Tinggi
|
Rendah
|
||
1.
|
Tinggi tanaman
|
Pendek
|
Panjang
|
2.
|
Diameter batang
|
Besar
|
Kecil
|
3.
|
Bunga dan buah
|
Baik
|
Buruk
|
4.
|
Lapisan lilin di daun
|
Tebal
|
Tipis
|
5.
|
Ukuran stomata
|
Banyak
|
Sedikit
|
6.
|
Jumlah stomata
|
Banyak
|
Sedikit
|
7.
|
Nisbah: daun/batang
|
Rendah
|
Tinggi
|
8.
|
Nisbah: akar/tunas
|
Tinggi
|
Rendah
|
9.
|
Helai daun
|
Sempit
|
Lebar
|
10.
|
Ketebalan daun
|
Tebal
|
Tipis
|
11.
|
Kandungan klorofil
|
Rendah
|
Rendah
|
12.
|
Kandungan karotin, santofil
|
Tinggi
|
Rendah
|
13.
|
Kadar gula
|
Tinggi
|
Rendah
|
Empat penerima cahaya dalam tumbuhan (pigmentasi) antara lain :
1)
fitokrom,
paling kuat menyerap cahaya merah dan merah jauh. Ada juga fitokrom penyerap
cahaya biru.
2)
kriptokrom,
sekelompok pigmen yang serupa mampu menyerap cahaya biru dan panjang gelombang
ultraviolet 320-400 nm, karena peran pentingnya pada kriptogram (tumbuhan tak
berbunga).
3)
Penerima
cahaya UV-B, senyawa tak dikenal/bukan pigmen yg menyerap radiasi UV 280-320 nm
4)
Protoklorofilida
a, pigmen cahaya yang menyerap cahaya merah dan biru , bias tereduksi menjadi
klorofil Aa (Ramli, 1989).
2.4 Karakteristik Tumbuhan Berdasarkan Cahaya
Berdasarkan kebutuhan dan
adaptasi tanaman terhadap radiasi matahari, pada dasarnya tanaman dapat dibagi
dalam 2 kelompok yaitu:
1)
Heliophyta
Tumbuhan yang teradaptasi
untuk hidup pada tempat –tempat dengan intensitas cahaya yang tinggi disebut
tumbuhan heliofita. Tanaman – tanaman golongan ini sudah barang tentu tidak
akan tumbuh baik bila ternaung oleh tanaman lain. Tanaman padi, jagung, tebu,
ubi kayu, dan sebagian besar tanaman pertanian termasuk kelompok ini
2)
Sciophyta
Tumbuhan yang hidup baik
dalam situasi jumlah cahaya yang rendah, dengan titik kompensasi yang rendah
pula disebut tumbuhan yang senang teduh (siofita), metabolisme dan respirasinya
lambat.Tanaman kopi misalnya, ia tumbuh baik pada intensitas sekitar 30 -50
persen dari radiasi penuh. Tanaman coklat tumbuh baik pada intensitas sekitar
20 persen dari radiasi penuh. Dengan demikian kedua jenis tanamanini
membutuhkan naungan untuk tanaman tersebut.
Salah satu yang membedakan tumbuhan heliofita dengan siofita adalah
tumbuhan heliofita memiliki kemampuan tinggi dalam membentuk klorofil.
Tanaman yang kurang
mendapatkan cahaya matahari akan mempunyai akar yang pendek, Cahaya matahari
penuh menghasilkan akar lebih panjang dan lebih bercabang. Untuk mengukur
intensitas cahaya, dapat menggunakan alat pengukur cahaya atau lightmeter.
BAB III
KESIMPULAN
- Suhu yang dibutuhkan dalam pertumbuhan
dan perkembangan tanaman dikenal sebagai suhu kerdinal yaitu meliputi suhu
optimum, suhu minimum dan suhu maksimum.
- Suhu kardinal yang dibutuhkan
oleh tanaman berbeda-beda tergantung pada jenis tanamannya. Dimana
suhu yang berada dibawah batas maksimum atau diatas optimum ini tidak baik
untuk tanaman, keadaan tersebut sering disebut suhu ekstrim.
- Pengaruh faktor suhu pada
tanaman menimbulkan gangguan-gangguan pada tanaman baik secara morfologi
maupun fisiologinya.
- Cahaya merupakan faktor lingkungan
yang sangat penting sebagai sumber energi utama bagi ekosistem
- Cahaya matahari adalah sumber
energi utama bagi kehidupan seluruh makhluk hidup di dunia
- Peran cahaya terhadap tumbuhan
antara lain:
- Fotoperiodisme adalah respon
dari suatu organisme terhadap lamanya penyinaran sinar matahari
- Fotoenergetic adalah
pertumbuhan yang dipengaruhi oleh banyaknya energy yang diserap dari
sinar matahari oleh bagian tanaman
- Fotodestruktif adalah
tingginya intensitas cahaya yang mengakibatkan fotosintesis semakin tidak
bertambah lagi dikarenakan tanaman mengalami batas titik jenuh cahaya
sehingga bukan menjadi sumber energy tetapi sebagai perusak
- Fotomorfogenesis adalah
Pengendalian morfogenesis oleh cahaya
- Fototropisme adalah
pergerakan pertumbuhan tanaman yang dipengaruhi oleh rangsangan cahaya
- Strategi Adaptasi Tumbuhan Terhadap
Cahaya
Adaptasi tanaman terhadap
cahaya berbeda-beda antara jenis satu dengan jenis lainnya. Tanaman yang tahan
dalam kondisi cahaya terbatas secara umum mempunyai ciri morfologis yaitu daun
lebar dan tipis, sedangkan pada tanaman yang intoleran akan mempunyai ciri
morfologis daun kecil dan tebal.
- Karakteristik tumbuhan berdasarkan
cahaya
Berdasarkan kebutuhan dan
adaptasi tanaman terhadap radiasi matahari, pada dasarnya tanaman dapat dibagi
dalam 2 kelompok yaitu, heliophyta dan
sciophyta
DAFTAR
PUSTAKA
- A
Muawin, Heru. 2008. Faktor Lingkungan dalam Pertumbuhan Tanaman.
http://herumuawin.multiply.com. Diakses pada tanggal 3 November 2011
- Diah,
Tantri. 2007. Dampak Perubahan Iklim akibat Pemanasan Global.
www.tantridiah.wordpress.com. Diakses pada tanggal 3 November 2011
- Hartati.
2009. Agri journal. Fakultas Pertanian Universitas Jember. Jember.
- Muchtadi,
Deddy. 2010. Kedelai Komponen untuk kesehatan. Bogor:Alfabeta CV
- Supriono.
2010. Efek Rumah Kaca. www.bdpunib.org. Diakses pada tanggal 3 November
2011
- Gardner,
dkk., 1991, Fisiologi Tanaman Budidaya, Penerbit Universitas Indonesia,
Jakarta.
- Rai.
Wijana. Arnyana. 1998. Buku Ajar Ekologi Tumbuhan. Singaraja : STKIP
Singaraja.
- Ramli,
D. 1989. Ekologi. Jakarta : PPLP Tenaga Kependidikan.
- Syamsuri,
Istamar, DKK. 2007. Biologi untuk SMA kelas XII semester 1. Jakarta.
Erlangga
- Sasmitamihardja,
dkk., 1996, Fisiologi Tumbuhan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
FMIPA-ITB, Bandung
- Wirakusumah,
S. 2003. Dasar-dasar Ekologi Bagi Populasi dan Komunitas. Jakarta :
Penerbit Universitas Indonesia.
0 komentar:
Posting Komentar